Gelombang Tsunami Selat Sunda pada Sabtu, 22 Desember 2018 malam menghantam sejumlah wilayah di Lampung Selatan. Hingga Senin, 25 Desember 2018, sedikitnya, 429 orang meninggal dunia, 1.485 orang luka-luka, 154 orang hilang, dan 16.082 orang mengungsi ke posko-posko darurat. Kabupaten Pandeglang, Banten menjadi salah satu wilayah terdampak paling parah dari bencana ini.
Pada Sabtu, 29 Desember 2018 hingga Minggu, 30 Desember 2018, CT ARSA Foundation bersama Komunitas ARSA Banten dan Jakarta lakukan pendampingan psikososial atau trauma healing untuk menghibur warga di posko pengungsian Kecamatan Jiput, Kabupaten Pandeglang. Kegiatan ini bertujuan untuk memulihkan trauma dan mengurangi beban penderitaan yang sedang dialami pasca terjadinya tsunami. Berdasarkan data Kepolisian Resort Pandeglang Banten, tercatat sebanyak 200 orang pengungsi berada di aula kantor Kecamatan Jiput, Pandeglang.
Bersama Komunitas ARSA Banten, CT ARSA Foundation mengajak warga untuk melakukan senam pagi bersama, memberikan motivasi kepada anak-anak dengan menulis dan menggambarkan cita-cita, membagikan Susu UHT dan makanan sehat disertai penyuluhan tentang pola hidup sehat. Selain itu, 1 unit Mobil Pintar CT ARSA Foundation juga didatangkan ke lokasi pengungsian untuk membantu anak-anak melupakan sejenak kesedihannya dengan kegiatan mendongeng dan membaca buku yang didampingi oleh tutor Mobil Pintar.
Disamping mendapatkan pengetahuan lewat buku, anak-anak di lokasi pengungsian juga akan memainkan permainan-permainan tradisional dan beberapa perlombaan 17an didampingi Komunitas ARSA Banten untuk melatih sportifitas dan kekompakan.
"Pihak Kepolisian setempat, khususnya Bhayangkari Daerah Banten sangat berterima kasih untuk bantuan yang diberikan, terutama buku-buku yang memang saat ini sangat dibutuhkan oleh anak-anak, karena sebagian besar dari mereka rumahnya sudah hancur dan sama sekali tidak mempunyai buku-buku sebagai sarana untuk mengedukasi mereka.", ucap Ketua Bhayangkari Polda Banten, Ibu Niken Tomsi Tohir.