Sempit dan pengap itulah kesan pertama saat memasuki rumah bulat milik pasangan Obet dan Martha ini. Kepulan asap menyelimuti seluruh ruangan. Sudah 4 tahun Obet Malafu yang seorang buruh pecah batu ini, bersama keluarga kecilnya tinggal dalam lopo, sebutan untuk rumah bulat khas Nusa Tenggara Timur ini.
Di desa Lelogama, Amfoang Selatan, Nusa Tenggara Timur, masih banyak terdapat rumah bulat atau lopo ini. Rumah berbentuk kerucut dengan atap terbuat dari daun lontar kering ini merupakan tempat yang aman untuk berlindung dari serangan angin dingin ketika malam menerjang.
Hanya cahaya lilin lah yang menjadi penerang ruangan kecil tak berjendela ini, serta tungku yang terus mengepul untuk member kehangatan.
Kegiatan seperti memasak, makan bahkan tidur pun dilakukan dalam satu ruangan kecil ini. Selain digunakan sebagai hunian, rumah bulat pun digunakan sebagai tempat pengawetan bahan makanan. Rumah yang masih beralaskan tanah ini menambah kondisi ruangan yang gelap, penuh debu dan asap mengancam kesehatan penghuninya.
Tak heran, kasus infeksi saluran napas atas atau ISPA mengancam sebagian penduduk di wilayah Amfoang ini. Selain ISPA, diare pada anak-anak juga kerap terjadi.
CT ARSA Foundation berkesempatan untuk berkunjung dan memberikan bantuan kepada keluarga Obet Malafu.