CTARSAFOUNDATION.ORG- Jakarta- Berlokasi di Lobby Gedung Bank Mega, Jakarta Selatan, CTARSA Foundation melakukan prosesi pelepasan para relawan PIJAR (Pi’ Mengajar) atau program pengabdian di sekolah pelosok Indonesia. Proses pelepasan para relawan dilakukan langsung oleh ketua CTARSA Foundation, Anita Ratnasari Tanjung. Kegiatan ini dihadiri oleh pimpinan CTARSA Foundation, CT Corpora, dan para mitra yang mendukung berlangsungnya program ini. Demi menekan angka COVID-19, seluruh tamu undangan hadir dengan melakukan swab antigen dan protokol kesehatan yang ketat (12/11/2021).

Menurut Anita Ratnasari Tanjung, Pijar merupakan program peduli pendidikan yang diinisiasi CTARSA Foundation. Program ini mendelegasikan relawan guru atau pengajar yang bertugas sebagai pendamping guru, murid dan masyarakat setempat di pelosok Indonesia untuk meningkatkan kualitas pendidikan, kehidupan dan potensi wilayah. Kini CTARSA Foundation sudah memasuki usia 16 Tahun, sehingga aksi nyata akan terus diupayakan untuk membangun perubahan, salah satunya dengan adanya program PIJAR.

“CTARSA Foundation sudah 16 tahun, kita tidak hanya membangun sekolah-sekolah unggulan CTARSA Foundation, kita punya beberapa program lainnya seperti membangun sekolah-sekolah diremot area, kita juga mengirim guru-guru ke daerah pelosok. Hal ini sesuai dengan visi kita yaitu memutus rantai kemiskinan dengan pendidikan yang berkualitas dan kesehatan yang optimal. CTARSA Foundation tidak hanya membangun fisik dan materi, tetapi kita mempunyai tekat untuk membuat perubahan, yang kita bantu harus berubah. Sehingga PIJAR ini merupakan efford dari Tim CTARSA Foundation bisa membawa perubahan nyata,” pungkasnya.

Kemudian Anita juga menjelaskan, penempatan para relawan pendidikan ini sudah melalui proses kajian yang cukup panjang. Dari 529 orang yang mendaftar, hanya 5 orang saja berhasil dipilih untuk ditempatkan di beberapa lokasi selama satu tahun, yaitu Redameter, Sumba Barat Daya, Lelogama, Amfoang Selatan, Nusa Tenggara Timur, Nunuanah, Amfoang Timur, Nusa Tenggara Timur, Ciroyom, Sukabumi, dan Kampung Beting, Muara Gembong, Bekasi. Melalui beragam pembekalan dan pelatihan sebelum keberangkatan, para relawan diharapkan mampu menjadi pribadi unggul yang dapat memberikan solusi di tengah beragam permasalahan masyarakat pelosok Indonesia.

“Kami berharap, para relawan bisa membawa perubahan, sekecil apapun. Mereka harus tau apa yang dibutuhkan anak-anak disana, jangan sampai tingkat pendidikan antara pusat dan daerah remote area memiliki GAP (kesenjangan) yang tinggi. CTARSA Foundation juga akan melakukan launching atau meluncurkan program Digitalilasi, sehingga program-program dari pusat CTARSA Foundation akan bisa langsung mereka ajarkan,” tutur wanita lulusan Magister Kajian Administrasi Rumah Sakit, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia.

Disisi lain, menurut Dian Putri Permata, Koordinator program PIJAR CTARSA Foundation, untuk lokasi pelosok daerah yang dituju dalam program PIJAR adalah lokasi yang jauh dari listrik dan sinyal, sehingga para relawan harus cepat beradaptasi. Dengan berbagai pelatihan yang diberikan selama lebih dari 3 bulan, diharapkan para relawan pendidikan ini mendampingi para guru, murid dan masyarakat daerah dengan maksimal dan membawa perubahan nyata.

“Kami sudah melakukan serangkaian pelatihan yang kami buat untuk melatih para relawan selama mengabdi satu tahun di daerah pelosok. Adapaun pelatihannya yaitu pelatihan kepemimpinan, pelatihan psikologi, pendidikan karakter, pemberdayaan masyarakat desa, pengembangan diri, Bahasa Inggris hingga pelatihan survival. Pelatihan pun diberikan dari para ahli di bidangnya seperti dari pemimpin.id, TNI AL, lembaga Ini Budi dan beberapa pihak pendukung lainnya. Kami ingin para relawan bisa membawa perubahan nyata di daerah pelosok dan mengabdi untuk negeri dengan berbagai kemampuan yang mereka miliki,” tegasnya.

Disisi lain menurut Nelly Vikiladyla Della, relawan PIJAR, wilayah pedalaman umumnya anak-anak dan masyarakat kurang menyadari pentingnya pendidikan, sehingga ia akan melakukan pendekatan kepada mereka untuk pemahaman terkait pendidikan dan literasi. Selain pendidikan, ia juga akan memberikan edukasi tetang potensi sumber daya alam yang berbasis kearifan lokal. Hal ini berguna untuk menggerakan masyarakat pedalaman dalam memanfaatkan potensi alam yang ada di sekitar mereka.

“Generasi muda saat ini bukan saatnya hanya mengkritisi, tapi take action dan segera mencari solusi. Dalam program PIJAR ini saya akan di tempatkan di Muara Gembong, Bekasi. Disana sering sekali terjadi bajir Rob, saya ingin take action dengan memberikan edukasi bagaimana penanganan banjir Rob dan pemanfaatan potensi alam yang ada disana. Disisi lain, untuk bergerak membawa perubahan kita tidak bisa sendiri, kita harus bisa melakukan kolaborasi dan melibatkan masyarakat setempat, serta berbagai pihak untuk mendukung sebuah perubahan,” pungkas wanita yang mengambil pendidikan Biologi tersebut.

Program Pijar berhasil terlaksana berkat dukungan banyak pihak, diantaranya Transmart, Insight, Young Living, Savana, Citilink, PT. Sepatu Bata, Duta Bangsa, inibudi.org, Cakap, Marinir, TNI AL dan Shimizu. Kedepannya, program ini akan terus dilakukan demi tujuan meningkatkan kualitas pendidikan, kesehatan dan taraf hidup masyarakat sekitar. Selaras dengan visi besar CTARSA Foundation, memutus mata rantai kemiskinan dengan pendidikan berkualitas serta kesehatan yang optimal (nicmah).